Piala Eropa 2012 belum menjadi ajang munculnya penjaga gawang muda
berbakat. Benteng terakhir yang andal masih dihuni nama-nama beken,
seperti Gianluigi Buffon (Italia) dan Iker Casillas (Spanyol). Keduanya
yang juga kapten itu sukses membawa tim masing-masing lolos ke partai
puncak.
Casillas bermain gemilang ketika ”La Furia Roja” menang
4-2 atas Portugal dalam drama adu penalti di semifinal. Kiper Real
Madrid itu menggagalkan tendangan Joao Moutinho, yang menjadi penendang
pertama ”Seleccao Eropa”. Aksi penyelamatan itu menjatuhkan mental
Portugal yang akhirnya kalah setelah tendangan bek Bruno Alves
membentur mistar gawang.
Sebaliknya, Cesc Fabregas, eksekutor
terakhir Spanyol, sukses mengecoh kiper Rui Patricio dengan tendangan
ke pojok kanan gawang. Bola sempat membentur tiang sebelum akhirnya
masuk ke gawang. Tim ”Matador” pun mengulangi prestasi lolos ke final
seperti empat tahun silam.
Kemenangan atas Portugal itu adalah
yang ke-100 bagi Casillas selama 136 kali penampilan membela Spanyol
sejak 2000. Pemain setinggi 182 sentimeter ini selalu menjadi pilihan
utama Pelatih Vicente del Bosque sejak babak grup hingga semifinal
Piala Eropa. Gawang Casillas hanya kemasukan satu gol dari lima kali
pertandingan.
Gol Antonio di Natale menjadi satu-satunya gol
yang bersarang ke gawang Casillas dalam laga pembuka Grup C antara
Spanyol dan Italia. Meskipun bek tangguh Carles Puyol absen, penampilan
apik Casillas membuat Spanyol menjadi tim yang paling sedikit kemasukan.
Berdasarkan
statistik Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) yang diluncurkan Castrol
Index, pemain alumnus Akademi Real Madrid itu menempati posisi
runner-up kiper terbaik di bawah Buffon dengan nilai rata-rata 8,34.
”Casillas adalah pemain terpenting kami, selain Xavi Hernandez,” ujar
bek Spanyol, Sergio Ramos, kepada Marca.
Di usia yang tak lagi
muda, penampilan konsisten juga ditunjukkan Buffon. Pemain Juventus itu
mendapat poin rata-rata 9,02 dari lima kali laga berdasarkan statistik
Castrol Index. Meskipun gawangnya kemasukan tiga gol, status terbaik
diperoleh berkat penyelamatan yang lebih banyak dilakukan Buffon
daripada kiper lain.
Penampilan terbaik pemain yang telah
memperkuat Italia sejak tahun 1993 itu terjadi pada perempat final
melawan Inggris. Saat pertandingan memasuki menit ke-20, Buffon
menggagalkan tendangan bek Glen Johnson dari jarak dekat. Dengan
gerakan refleks yang luar biasa, Buffon masih mampu menangkap bola
meskipun telah mati langkah.
Kegemilangan itu kembali
diperagakan Buffon dalam adu tendangan penalti. Ia sukses menggagalkan
tendangan bek Ashley Cole yang menjadi eksekutor keempat Inggris.
Italia pun menang 4-2 setelah sebelumnya bola sepakan Ashley Young
membentur mistar gawang. ”Gli Azzurri” akhirnya melaju ke partai puncak
setelah menang 2-1 atas Jerman pada babak empat besar.
Pada laga
penentuan juara, Senin (2/7) dini hari WIB, Buffon akan memimpin Italia
menantang Casillas dan kawan-kawan, jawara Eropa 2008. Pertemuan dua
penjaga gawang terbaik itu seolah menandai belum optimalnya proses
regenerasi.
Penampilan kiper Inggris, Joe Hart (25), dan penjaga
gawang Perancis, Hugo Lloris (25), masih jauh dari harapan. Hart tampak
belum matang ketika gagal menggagalkan satu pun tendangan penalti
pemain Italia. Sementara Lloris tampil biasa-biasa saja saat Perancis
takluk 0-2 dari Spanyol pada babak perempat final.
Performa
kiper Jerman, Manuel Neuer, juga belum istimewa. Meskipun tampil
brilian bersama Bayern Muenchen musim lalu, Neuer tak mampu berbuat
banyak ketika Jerman kalah 1-2 dari Italia pada babak semifinal. Ia
gagal mengantisipasi sundulan dan tendangan striker Mario Balotelli
yang memborong dua gol kemenangan Italia.
Asa munculnya bakat
muda justru datang dari penjaga gawang Portugal, Rui Patricio (24).
Masuk skuad Portugal sebagai kiper kedua setelah Eduardo (29), Patricio
justru jadi pilihan utama Pelatih Paulo Bento. Aksi menjanjikan
Patricio terjadi pada semifinal melawan Spanyol.
Dalam babak
perpanjangan waktu di menit ke-103, Patricio dengan gemilang menepis
tendangan jarak dekat Andres Iniesta yang memanfaatkan umpan silang
Jordi Alba. Penyelamatan itu memaksa Spanyol mengakhiri laga lewat adu
penalti.
Di babak tos-tosan, Patricio sukses menggagalkan
tendangan algojo pertama Spanyol, Xabi Alonso. Sayang, penampilan
Casillas yang tak kalah gemilang dan kegagalan Bruno Alves membuyarkan
mimpi Portugal tampil di partai puncak. Namun, Bento tetap mensyukuri
hasil yang dicapai tim asuhannya.
”Kami pulang dengan kepala
tegak. Portugal harus tetap optimistis karena memiliki masa depan cerah
bersama pemain muda potensial, seperti Joao Moutinho, Miguel Veloso,
dan Rui Patricio,” kata Bento, dikutip dari Reuters. (RIZ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar